Tina Lesmanawati, S.Pd.
Nyamuk adalah salah satu serangga yang paling sering kita temui di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dibalik ukurannya yang kecil, mereka dapat membawa bahaya besar, terutama nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan demam berdarah dengue (DBD). Hingga minggu ke-17 tahun 2024, tercatat 88.593 kasus DBD dengan 621 kasus kematian di Indonesia. Berdasarkan laporan, dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan perkembangan nyamuk ini adalah melalui peran Juru Pemantau Jentik Nyamuk (Jumantik).
Para Jumantik memiliki tugas yang sangat penting yaitu mencari dan memantau keberadaan jentik nyamuk di lingkungan sekitar. Mereka memeriksa tempat-tempat penampungan air yang berpotensi menjadi sarang bagi nyamuk untuk bertelur, seperti bak mandi, ember, talang air, hingga pot tanaman. Dengan menemukan jentik nyamuk sebelum mereka berkembang menjadi nyamuk dewasa, Jumantik berperan langsung dalam memutus rantai perkembangan nyamuk.
Untuk menekan peningkatan kasus DBD yang dapat mengancam kesehatan anak-anak, karena anak lebih rentan terhadap gigitan nyamuk, dan sistem kekebalan tubuh mereka mungkin belum cukup kuat untuk melawan infeksi seperti DBD. Para Jumantik mengajak anggota keluarga dan warga sekolah untuk mengendalikan populasi nyamuk, melalui 3M Plus (Menutup, Menguras, dan Mendaur Ulang). Pastikan untuk selalu menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan wadah air minimal seminggu sekali, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat penampungan air.
Peran penting juru pemantau jentik (Jumantik) dalam pencegahan DBD di lingkungan rumah dan sekolah adalah upaya untuk mencegah meluasnya wabah demam berdarah dan menjaga lingkungan tetap sehat dan nyaman.