Setiap akhir pekan atau waktu yang dijadwalkan, suasana pesantren berubah menjadi hangat dan penuh warna. Itu karena satu momen yang sangat dirindukan: penjengukan santri. Bukan sekadar kunjungan saja—ini adalah saat di mana ikatan antara santri dan keluarga menguat dan menjadi penopang semangat.
Penjengukan yang hanya di adakan satu bulan sekali ini bukan berarti membatasi hubungan, melainkan merancang pengalaman waktu yang seimbang antara pendidikan pesantren dan ikatan keluarga. Dengan begitu, santri bisa lebih fokus belajar, tetap disiplin, serta sanak keluarga punya ruang untuk mendukung dan memahami perkembangan anak mereka.
Pukul 09.00 WIB suasana terlihat hangat. Sejumlah wali santri mulai berkumpul di halaman asrama putra dan putri, mengenakan pakaian rapi, datang dengan membawa bingkisan kecil: masakan rumah, buah, serta camilan ringan. Beberapa santri baru tampak malu-malu tapi tampak jelas kegembiraan di matanya saat berjumpa orang tua setelah beberapa minggu berpisah.
Pengasuh pesantren menyampaikan pesan agar orang tua tidak hanya menitipkan fisik santri, tetapi juga selalu menjaga komunikasi, memberikan dukungan semangat, dan memahami bahwa proses di pesantren adalah proses pembentukan karakter yang memerlukan waktu, kedisiplinan, dan keikhlasan.
Beberapa orang tua mengatakan bahwa penjengukan seperti ini sangat dibutuhkan untuk meredakan rasa rindu kedua belah pihak. Mereka juga berharap anak-anaknya mampu menyerap ilmu dengan baik dan pulang nanti menjadi pribadi yang lebih baik, berakhlak mulia, serta bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Para wali santri berharap semoga setiap penjengukan mempererat kerinduan, memperkuat tekad, dan menghasilkan santri-santri yang tangguh dalam iman dan ilmu.