Seni kriya adalah warisan budaya Indonesia yang tidak hanya mengandalkan keterampilan tangan, tetapi juga kekayaan rasa dan kepekaan terhadap nilai-nilai estetika. Di tengah era serba digital, seni kriya tetap memiliki tempat istimewa sebagai bentuk ekspresi yang menyatukan tradisi, kreativitas, dan inovasi.
SMK Assalaam Bandung mencatatkan prestasi membanggakan di kancah seni dan budaya. Dalam ajang Festival dan Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat Kabupaten tahun 2025, salah satu siswinya, Vika Aryani dari kelas XI RPL 1, berhasil meraih Juara 1 untuk kategori Lomba Kriya Siswa. Keberhasilan ini menjadi tiket bagi Vika Aryani untuk melaju ke tingkat provinsi sebagai wakil Kabupaten dalam cabang seni kriya.
Kriya berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti ‘pekerjaan’ atau ‘kerajinan’. Dalam konteks seni, kriya mengacu pada keterampilan menciptakan karya dengan tangan yang menggabungkan unsur fungsi dan keindahan. Di Indonesia, seni kriya telah berkembang dalam berbagai bentuk seperti anyaman, ukiran kayu, tekstil, batik, keramik, hingga logam dan kulit.
Dalam dunia pendidikan, seni kriya menjadi salah satu media pembentukan karakter siswa. Melalui proses mencipta, siswa diajak untuk bersabar, teliti, inovatif, dan menghargai proses. Oleh karena itu, Lomba Kriya dalam FLS3N bukan semata ajang unjuk karya, melainkan juga ruang pembelajaran yang bernilai tinggi.
Dengan bimbingan guru seni budaya dan pembina lomba Ibu Rahillah, Vika Aryani mulai menyiapkan karyanya untuk FLS3N jauh sebelum lomba digelar. Ia memilih tema “Sampah Menjadi Pesona”,sebuah kriya berbahan dasar kulit sintesis bekas yang diolah menjadi barang elegan dan berdaya jual tinggi.
Proses pembuatan kriya Vika Aryani bukan tanpa kendala. Tantangan terbesar adalah menggabungkan bahan daur ulang yang keras dengan elemen tekstil yang lembut. Ia harus melakukan beberapa eksperimen teknik sebelum akhirnya menemukan metode terbaik dalam menjahit dan membentuk kerangka produk.
Selain itu, menjaga konsistensi kualitas hasil juga menjadi tantangan tersendiri. Vika Aryani harus menyeimbangkan waktu antara tugas sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan persiapan lomba. Dalam proses ini, ia belajar disiplin, manajemen waktu, dan mempertajam kemampuan berpikir kritis serta estetika.
Prestasi Vika Aryani menjadi bukti nyata bahwa SMK tidak hanya mencetak tenaga kerja, tetapi juga membentuk insan kreatif yang memiliki visi budaya dan keberlanjutan. Kepala SMK Assalaam Bandung menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas keberhasilan ini. Menurutnya, prestasi ini adalah hasil dari sinergi antara siswa, guru, dan lingkungan sekolah yang suportif.
Sebagai juara tingkat kabupaten, Vika Aryani kini bersiap menuju FLS3N tingkat Provinsi. Persiapan intensif mulai dilakukan, baik dari sisi teknis, presentasi, maupun pengembangan ide. Ia berencana membawa konsep kriya yang lebih kompleks, dengan sentuhan digitalisasi edukatif pada produk, serta kolaborasi motif tradisional dengan desain modern.
Prestasi Vika Aryani di ajang FLS3N bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi dan sekolah, tetapi juga menjadi cermin bahwa seni kriya memiliki masa depan yang cerah jika digarap dengan sungguh-sungguh. Generasi muda seperti Vika Aryani adalah aset penting bangsa — mereka tak hanya cerdas, tetapi juga memiliki rasa, jiwa sosial, dan kepedulian terhadap budaya serta lingkungan.
Selamat kepada Vika Aryani, Juara 1 Lomba Kriya FLS3N tingkat Kabupaten. Terus berkarya, membawa nama baik sekolah, dan jadilah inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk menjadikan seni sebagai jalan hidup yang bermakna.